24 Januari 2008

The Butterfly Effect on Global Market


klik pada gambar untuk memperbesar

Grafik DJIA terkini memberikan indikasi kuat akan terjadinya pembalikan ke arah positif. Meskipun tertekan oleh aksi jual yang disebabkan para investor masih dibayangi oleh ketakutan global akan terjadinya resesi pada ekonomi AS, grafik DJIA menunjukkan optimisme masih memegang kendali.

Pergerakan kenaikan DJIA diperkirakan masih akan berlanjut sampai walaupun masih akan dibayangi oleh aksi profit taking dan aksi jual akibat pesimisme akan ekonomi AS.

Untuk investor dan trader, khususnya dari Indonesia, ada baiknya untuk mengetahui perkiraan arah pergerakan indeks AS, karena secara langsung maupun tak langsung juga mempengaruhi arah pergerakan indeks global dan IHSG.

Level resistance pada grafik DJIA yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
12.403 (38,2% Fibonacci Retracement)
12.679 (50% FR)
12.956 (61,8% FR)
13.349 (78,6% FR)

Dari pola “Butterfly” yang ada pada grafik DJIA, level kritis yang perlu diperhatikan adalah 61,8% FR, jika level tersebut dapat ditembus maka besar peluang DJIA untuk membuat rekor tertinggi yang baru.

Rgds,

20 Januari 2008

Pola reversal pada grafik ^DJI dan ^GSPC

Grafik ^DJI (Dow Jones Industrial Average) dan ^GSPC (Standard & Poor 500 Index) menunjukkan pola reversal yang potensial, Pola Bullish Butterfly (kupu-kupu) dan Pola Crab(Kepiting)

Indikator-indikator lain seperti stochastic dan W%R juga menunjukkan bahwa grafik DJIA dan S&P500 berada dalam area Oversold dan berpeluang besar untuk rebound










untuk referensi lebih lanjut tentang pola Butterfly dan Crab, lihat link sbb:
harmonictrader.com
hamfon.com
bizz-forex

08 Januari 2008

Technical Review on IHSG

Arah market belakangan ini memang membuat kita dilema, disatu sisi mau posisi buy and hold, sepertinya market sudah ketinggian, overbought, dan lain2 seperti ada gejala mau koreksi. Disisi lainnya, takut kehilangan opportunity kalau nanti harga saham naik terus.

Secara teknikal, chart IHSG juga memberikan Dilema. Daily chart memberikan sinyal positif, yaitu MACD Golden Cross.
Tapi sebaliknya, weekly chart justru memberikan sinyal negatif, yaitu MACD Dead Cross.





Mempertimbangkan indikator lain, seperti Stochastic dan William%R, IHSG sudah hampir ke level Overbought di daily chart. Sedangkan di weekly chart, IHSG sudah di area overbought.





Rasanya sulit mengambil kesimpulan, bahwa IHSG belum waktunya koreksi.

Tapi buat Trend Follower...
selama belum ada konfirmasi yang valid bahwa IHSG sudah melenceng dari trend bullish-nya, masih berpendapat IHSG Bullish.

Trend Follower biasanya memakai indicator Moving Average (MA) untuk mengkonfirmasi arah market, yaitu: MA10, MA20, MA50, MA100, MA200.
Saat ini level IHSG masih diatas semua MA-nya, yang artinya IHSG masih Bullish.

Disaat-2 seperti ini, lebih bijak untuk memperketat cut loss, agar disaat market berbalik arah, tidak mengalami kerugian atau kehilangan potential gain yang sudah ada.

Saya masih yakin market akan mencoba membuat IHSG make new high.
Tapi setelah new high terjadi, who knows ...

Well, have a safe trading and investing.

02 Januari 2008

"January Effect"? Apakah itu?

Pernah mendengar tentang "January Effect"? Apakah itu?

Berdasarkan Investopedia.com,
Sebuah kenaikan harga saham secara umum selama bulan Januari. Kenaikan ini biasanya berhubungan dengan meningkatnya pembelian saham, setelah kejatuhan harga saham yang biasa terjadi di bulan Desember disaat para investor menjual sahamnya untuk mengurangi pajak.

"January Effect" bisa dikatakan lebih berdampak pada saham berkapitalisasi kecil (small caps), daripada saham berkapitalisasi menengah (mid caps) dan saham berkapitalisasi besar (big caps). Kecenderungan historis ini bisa dikatakan sudah jarang diulas akhir-akhir ini karena sebagian besar pasar sudah menyesuaikan/mengantisipasi-nya. Alasan lain, "January Effect" sekarang ini kurang penting karena sebagian besar investor menggunakan program-program naungan pajak pensiun dan oleh karena itu tidak perlu melakukan penjualan saham diakhir tahun untuk mengurangi pajak.


Berdasarkan Wikipedia
"January Effect" (kadang-kadang disebut "year-end effect") adalah pengaruh secara kalender dimana saham-saham, terutama saham berkapitalisasi kecil, secara historis cenderung naik harganya pada periode dimulai dari akhir bulan Desember dan berakhir pada hari bursa kelima pada bulan Januari. Hal ini dipengaruhi oleh penjualan saham di akhir tahun untuk mengurangi pajak, merealisasikan "capital gain", pengaruh dari "Portofolio Window Dressing", atau para investor meng-uang-kan sahamnya untuk liburan. Karena aksi penjualan tersebut, sedangkan tidak ada perubahan yang berarti pada nilai fundamental, para pemburu harga murah (bargain hunter) secepatnya membeli sehingga menyebabkan kenaikan harga di bulan Januari.
Sebuah buku berjudul "The Incredible January Effect" oleh Robert Haugen menjelaskan tentang "January Effect"



Kekuatan pengaruh tersebut bervariasi bergantung pada ukuran perusahaan dan faktor-faktor lain

Dalam beberapa tahun terakhir, setelah "January Effect" diketahui secara luas, sudah jarang diulas dan telah bergeser ke bulan Desember dan menyebabkan kenaikan harga-harga saham yang disebut sebagai "Santa Claus Rally" dan "December Effect"


Definisi berdasarkan InvestorWords.com adalah
Kecenderungan pasar saham untuk naik antara periode akhir Desember hingga akhir pekan awal Januari. "The January Effect" sering terjadi karena banyak investor memilih untuk menjual saham mereka sebelum akhir tahun dalam rangka untuk mengurangi pajak. Saat penghitungan kalender pajak dimulai pada awal Januari para investor ini secepatnya menginvestasikan kembali dana mereka di pasar saham, sehingga menyebabkan kenaikan harga. Meskipun "January Effect" telah seringkali diamati dalam sejarah, masih sukar bagi para investor untuk mengambil keuntungan darinya karena pasar secara keseluruhan mengharapkannya lalu telah menyesuaikan/mengantisipasi harga sebelumnya.

silahkan baca link artikel menarik dibawah ini untuk informasi lebih lengkap tentang "January Effect"
The January Effect: Bull or BullShit?
by Mark Skousen, Chairman, Investment U

regards,
Boy YR